Keutamaan Shalat Sunnah
1.
Menyempurnakan shalat wajib dan menutupi kekurangannya.
Berdasarkan hadits marfu’ riwayat Tamim Ad-Daari
-Radhiyallahu ‘anhu-:
“Amal yang kali pertama dihisab dari seorang
hamba pada Hari Kiamat nanti adalah shalatnya. Bila shalatnya sempurna, maka
akan dituliskan pahalanya dengan sempurna. Bila belum sempurna, maka Allah -Subhanahu
wa Ta’ala- berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Lihatlah apakah kalian
mendapatkan hamba-Ku itu mengerjakan shalat tathawwu’ sehingga dengannya kalian
menyempurnakan shalat wajibnya?’ Demikian juga dengan zakatnya, kemudian baru
amal perbuatan lain dihisab menurut ukuran tersebut.” (HR. Abu Dawud, Ibnu
Majah dan Ahmad)
2. Mengangkat derajat
seseorang dan menghapuskan kesalahannya.
Berdasarkan hadits Tsauban maula Rasulullah
-Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, dari Nabi bahwa beliau bersabda:
“Hendaknya kalian banyak-banyak bersujud.
Sesungguhnya apabila kalian bersujud kepada Allah sekali saja, akan Allah
angkat satu derajat kalian dan akan Allah hapuskan satu kesalahan kalian.”
(HR. Muslim)
3. Memperbanyak shalat
sunnah merupakan sebab terbesar masuknya seorang hamba ke dalam Surga, untuk
menemani Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-.
Berdasarkan hadits Rabi’ah bin Ka’ab Al-Aslami
-Radhiyallahu ‘anhu- bahwa ia bercerita, “Aku pernah menginap di rumah
Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-. Aku membawakan air wudhu dan
keperluan beliau. Beliau berkata, ‘Mintalah sesuatu.’ Aku menjawab, ‘Aku ingin
menjadi orang yang menemanimu di Surga.’ ‘Atau ada permintaan lain?’ Tanya
beliau. ‘Itu saja.’ Jawabku. Beliau -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Bantulah aku untuk memenuhi keinginanmu itu
dengan memperbanyak sujud..” (HR. Muslim)
4. Shalat sunnah adalah
amalan sunnah lahiriyah yang paling utama setelah jihad dan ilmu, baik
mempelajari maupun mengajarkannya.
Berdasarkan hadits Tsauban -Radhiyallahu ‘anhu-
bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Istiqamahlah kalian, dan kalian tidak akan
pernah sempurna. Ketahuilah, sebaik-baik amalan kalian adalah shalat. Tidak ada
yang selalu menjaga wudhu selain orang beriman.” (HR. Ibnu Majah dan Imam
Ahmad)
5. Shalat sunnah di
rumah akan membawa keberkahan.
Berdasarkan hadits Jabir bin Abdillah
-Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Apabila salah seorang di antaramu usai
shalat di masjid, hendaknya ia menyisakan shalat untuk dikerjakan di rumahnya.
Karena Allah menjadikan kebaikan di rumahnya dengan shalatnya tersebut.”
(HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits marfu’ dari Zaid bin
Tsabit -Radhiyallahu ‘anhu- yang berbunyi:
“Wahai manusia, shalatlah kalian di rumah
kalian, karena seutama-utama shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat
wajib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam lafazh hadits Muslim:
“Hendaklah kalian mengerjakan shalat di rumah
kalian, karena sebaik-baik shalat bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali
shalat wajib.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits Ibnu Umar -Radhiyallahu
‘Anhuma- dari Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, beliau bersabda:
“Jadikanlah sebagian dari shalat kalian untuk
dilakukan di rumah kalian, dan jangan kalian jadikan rumah kalian seperti
kuburan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6. Shalat sunnah dapat
membuahkan kecintaan Allah kepada seorang hamba.
Berdasarkan hadits Abu Hurairah -Radhiyallahu
‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda, Allah Ta’ala
berfirman:
“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku
umumkan peperangan kepadanya. Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku
dengan amalan yang lebih Aku sukai daripada amalan yang telah Aku wajibkan
atasnya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah
sunnah, hingga Aku mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi
pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang
dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan menjadi
kakinya yang dengannya ia berjalan. Bila ia meminta, pasti akan Aku berikan.
Bila ia meminta perlindungan, pasti Aku beri perlindungan. Tidak pernah Aku
merasa bimbang sebagaimana ketika Aku mencabut nyawa seorang mukmin yang tidak
menyukai kematian, sementara Aku tidak ingin menyakitinya.” (HR.
Al-Bukhari)
Secara tekstual hadits di atas, kecintaan Allah
kepada seorang hamba akan muncul bila seorang hamba istiqamah mengerjakan
kewajibannya dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya melalui
ibadah-ibadah sunnah setelah melaksanakan yang wajib, baik berupa shalat,
puasa, zakat, haji atau ibadah lainnya.
7. Meningkatkan rasa
syukur seorang hamba kepada Allah -’Azza wa Jalla-.
Berdasarkan hadits Aisyah -Radhiyallahu ‘Anha-
bahwa Nabi -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- biasa melakukan shalat malam hingga
telapak kaki beliau bengkak. Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau
lakukan itu, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu maupun
yang akan datang?” Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba
yang banyak bersyukur?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Mughirah bin Syu’bah -Radhiyallahu ‘anhu- juga
meriwayatkan bahwa ia bercerita, Rasulullah biasa melakukan shalat malam hingga
kedua telapak kakinya bengkak-bengkak. Ada orang bertanya, “Bukankah Allah
telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu maupun yang akan datang?” Beliau
menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?”
(Dikutip dari buku Himpunan Dan Tata Cara Shalat Sunnah Sesuai Tuntunan
Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- karya Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf
Al-Qahthani.